1774: The Long Year of Revolution

1774: The Long Year of Revolution

IPS apa hubungan roem royen dan kmb?​

apa hubungan roem royen dan kmb?​

Jawaban:

Tanggal 25 April 1949 juga diadakan pertemuan informal antara Mohammad Hatta dengan ketua delegasi Belanda Dr. Van Roiyen. ... Perjanjian tersebut kemudian ditanda tangani pada 7 Mei 1949 oleh Mr. Moh Roem dari Indonesia dan Dr. Van Roiyen dari Belanda. Maka dari itu, persetujuan ini disebut sebagai Perjanjian Roem Royen.

Jawaban:

Adanya keadaan yang terdesak memaksa Belanda untuk menyampaikan undangan kepada KTN untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 12 Maret 1949, di Den Haag. Di dalam perundingan tersebut, akan dibahas soal Uni Indonesia-Belanda, dan peraturan peralihan sampai saat serah terima. Sampai akhir Februari, resolusi DK PBB belum dilaksanakan. Dalam sidang DK PBB, atas usul Kanada diambil keputusan bahwa kewajiban KTT adalah membantu Indonesia-Belanda untuk mencapai persetujuan dalam usaha melaksanakan resolusi Dewan Keamanan. Atas dasar tersebut, maka segera diusahakan berlangsungnya pembicaraan pendahuluan antara kedua belah pihak di bawah pengawasan KTT. Pihak Belanda menunjuk Dr. J.H. Van Royen dan Indonesia menunjuk Mr. Muhammad Roem.

Perundingan terakhir berlangsung pada tanggal 7 Mei 1949 dan menghasilkan “Roem-Royen Statements”. Ketua Delegasi Indonesia, Mr. Roem menyatakan:1) Pengeluaran perintah kepada pengikut-pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya; 2) Kerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan; dan turut serta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat, dengan tidak bersyarat.

Kemudian Belanda menyatakan: 1) Menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta; 2) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik; 3) Tidak akan mendirikan atau mengakui Negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai RI sebelum 19 Desember 1949, dan tidak akan meluaskan Negara atau daerah dengan merugikan Republik; 4) Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat; dan 5) Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan sesudah Pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

Sejak keluarnya pernyataan Roem-van Royen, kehidupan politik di Yogyakarta mulai bergerak lagi. Kebangkitan kembali kehidupan politik diikuti dengan meluapnya ketakutan golongan-golongan penyokong politik bala tentara pendudukan Belanda.